BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perilaku sosial sangat penting dalam sosialisasi kehidupan dan tidak menghalangi
perilaku khusus di sekitar kita. Oleh karena itu, kehidupan dalam masyarakat
penuh dengan perilaku sosial, baik individu maupun kolektif. Adanya perilaku
ini dapat memberikan dampak tersendiri bagi dunia sosial, suatu penyimpangan
dari perilaku sosial.
Adanya aksi kolektif
berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat, dan banyak dari aksi
tersebut tidak sesuai dengan pranata dan norma masyarakat yang berlaku bagi
masyarakat umum. Perilaku ini memberikan kontribusi paling besar terhadap
pilihan adanya perilaku menyimpang secara sosial.
Dalam kehidupan nyata,
terdapat berbagai faktor penentu
perilaku kolektif ini hingga pada contoh perilaku-perilaku
kolektif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan perilaku kolektif?
2.
Apa
sajakah faktor-faktor penentu dari perilaku kolektif?
3.
Apa
sajakah contoh perilaku-perilaku kolektif?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian perilaku kolektif
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor penentu dari perilaku
kolektif
3.
Untuk
mengetahui contoh perilaku-perilaku kolektif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PERILAKU KOLEKTIF
Perilaku kolektif adalah cara berpikir, berasa dan bertindak yang
berkembang di kalangan sebagian besar
warga masyarakat dan relatif baru. Perilaku atau tindakan kolektif merupakan
perilaku yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil oleh
sekelompok orang yang melawan atau menghilangkan
perasaan tidak puas dan takut. Hal ini agar kita dapat membedakan antara
tindakan kolektif dan tindakan lainnya.
Menurut Bruce J. Cohen (1992), perilaku kolektif (collective behavior) adalah jenis perilaku yang relatif
tidak tersusun, bersifat spontan, emosional dan tak terduga. Perilaku ini terjadi apabila
cara-cara mengerjakan sesuatu yang telah dikukuhkan secara tradisional tidak lagi memadai.
Individu-individu yang terlibat dalam perilaku kolektif tanggap terhadap rangsangan tertentu yang mungkin
datang dari orang lain atau peristiwa khusus.
Horton dan Hunt (1984) berpendapat bahwa tindakan kolektif adalah mobilisasi
berbasis pandangan yang mendefinisikan kembali perilaku sosial.
Menurut Cohen (1992), tindakan
kolektif dicirikan oleh perilaku yang tidak terstruktur, spontan,
emosional, dan tidak dapat diprediksi, dan individu yang terlibat dalam tindakan
kolektif dapat berasal dari orang lain.Merespon terhadap rangsangan khusus
tertentu.
Milgram dan Touch (1977) di sisi lain, menyatakan bahwa tindakan
kolektif bersifat sukarela, relatif, kacau, dan hampir tidak dapat diprediksi,
proses kelanjutannya tidak direncanakan, dan hanya dalam konteks timbal balik
yang muncul di antara pelaku.
Berdasarkan definisi
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa tindakan kolektif adalah perilaku
berikut:
1)
Beberapa
orang bersama-sama melaksanakan
2)
Spontan
dan tidak terstruktur
3)
Tidak
ada rutinitas dan
4)
Respon
terhadap stimulus tertentu.
Perilaku
kolektif erat kaitannya dengan perilaku menyimpang, namun berbeda dengan
perilaku menyimpang. Tindakan kolektif bukan hanya tindakan individu, tetapi
tindakan kolektif oleh sejumlah besar orang. Tindakan kolektif meliputi
tindakan kolektif dan gerakan sosial (masyarakat sipil). Stimulus yang
menyebabkan tindakan kolektif dapat berupa objek, peristiwa, atau ide.
Kelompok yang
berperilaku kolektif merupakan kolektivitas yang tidak terstruktur dan
bersifat temporer tanpa ada pembagian
peranan atau hierarki kekuasaan secara formal. Perilaku kolektif merupakan ciri khas dari masyarakat
berkebudayaan kompleks atau heterogen. Perilaku demikian tidak terlihat dalam masyarakat sederhana.
Upaya membatasi perilaku kolektif dapat dilakukan oleh kebutuhan emosi dan sikap para anggota,
nilai-nilai para anggota, pemimpin kerumunan yang menciptakan hubungan baik yang meredakan
ketegangan serta kontrol eksternal, seperti
pengamanan dari polisi.
B.
FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF
Banyak faktor yang menjadi penentu tindakan kolektif. Menurut Neil
Smelser, ada enam kondisi yang menentukan tindakan kolektif.
1.
Kelayakan
struktural. Struktur masyarakat harus sedemikian rupa sehingga bentuk-bentuk
tindakan kolektif dimungkinkan.
2.
Tekanan
struktural. Ketika krisis melanda
masyarakat, orang sering
berkumpul untuk mencari solusi atas
masalah yang muncul.
3.
Keyakinan
umum. Sebelum mencapai solusi umum untuk suatu masalah, Anda perlu mencari
konsensus tentang keberadaan masalah itu sendiri, mengenali masalahnya,
membentuk pendapat tentangnya, dan kemudian menyajikan solusi.
4.
Faktor
pendorong. Ada peristiwa penting tertentu yang mendorong individu untuk merespon secara kolektif. Mungkin ada
tema yang didramatisasi untuk memberikan momentum yang lebih besar lagi.
5.
Mobilisasi.
Berdasarkan faktor-faktor ini, kelompok dikelompokkan bersama dan aksi dimulai.
Jaringan yang tersusun cepat biasanya tidak berbentuk dan sedikit longgar.
6.
Operasi
kontrol sosial. Berhasil atau tidaknya dukungan kolektif bagi seorang individu
sangat bergantung pada berhasil tidaknya kontrol sosial di lapangan. Mekanisme
kontrol sosial, antara lain, polisi, pemerintah, dan media, yang bersama-sama
mempengaruhi munculnya aksi kolektif.
C.
CONTOH PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF
Perilaku kolektif adalah perilaku penyimpangan, tetapi berbeda dari
perilaku penyimpangan dalam hal itu bukan hanya perilaku individu, tetapi
perilaku bersama oleh sejumlah besar orang. Jika seseorang mencuri dari toko, ini
dianggap perilaku menyimpang, tetapi jika sejumlah besar orang menyerbu toko
dan pusat komersial bersama-sama untuk
mencuri atau menjarah (sebagian di Jawa
pada tahun 1998). Seperti sebuah kota). 1999), maka ini adalah masalah aksi kolektif.
Berikut
contoh aksi kolektif:
1. Kerumunan (Crowd)
Secara deskriptif, Milgram (1977) melihat kerumunan (Crowd) sebagai
berikut:
a.
Sekelompok
orang yang membentuk suatu kelompok.
b.
Jumlahnya meningkat seiring waktu
c.
Orang-orang
ini mulai membuat bentuk baru (seperti
lingkaran)
d.
Memiliki
distribusi mandiri yang menghubungkan dengan batasan yang lebih jelas dari
sebelumnya pada waktu dan tempat tertentu
e.
Titik
tengahnya transparan dan berdekatan satu sama lain.
Ada berbagai macam bentuk keramaian di masyarakat.
a.
Temporary
Crowd: Orang-orang yang berada dalam jarak dekat satu sama lain dalam situasi
sementara di suatu lokasi
b.
Casual
Crowd: Sekelompok orang yang tidak sengaja berdiri di pinggir jalan
c.
Conventional
Crowd: Penonton mendengarkan ceramah
d.
Expressive
Crowd: sekelompok orang yang menonton, menari, dan terkadang bernyanyi bersama
di sebuah konser musik
e.
Acting
crowd atau Rioting Crowd: Sekelompok orang yang melakukan kekerasan. Salah satu
contohnya adalah sekelompok preman yang berbahaya dan merusak penduduk.
f.
Solidaristic
Crowd: Satuan massa yang terjadi karena didasarkan pada ideologi umum.
2.
Rumor
Informasi yang tidak dapat
diverifikasi dan ditransmisikan yang muncul dari satu orang ke orang lain
(masalah sosial). Biasanya terjadi dalam situasi di mana orang sering
kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih lengkap. Telepon
biasanya digunakan sebagai media. Contohnya: Saya mendengar bahwa Indonesia
akan membuat Disneyland pada tahun 2014, tetapi belum terealisasi hingga saat
ini dan tidak dapat dibuktikan.
3.
MOB
Kelompok kerumunan (crowd) yang
cenderung melakukan kekerasan / penyimpangan (violence) dan perilaku
destruktif. Sebagai aturan, mereka bertindak langsung pada tatanan sosial yang
ada. Hal ini diakibatkan oleh rasa frustasi, ketidakadilan, frustasi, dan rasa
terluka dari institusi yang mapan atau
lebih tinggi. Ketika massa ini besar,
itu mengambil bentuk pemberontakan massal. Mereka menyebabkan kekacauan pada
institusi publik, dan apa pun yang dianggap sebagai sasaran kemarahan berbentuk
kerusuhan antarnegara bagian, seperti yang terjadi pada perwira Amerika dan
orang Meksiko di Los Angeles pada tahun 1943 ("Zoot Suit"), (Turner
dan Srace, 1956)). Perilaku orang banyak tetap sama tanpa memandang ras, agama,
atau kebangsaan.
4.
Panic
Merupakan bentuk tindakan kolektif
yang mengambil tindakan dalam menanggapi ancaman yang terjadi di dalam
kelompok. Biasanya dikaitkan dengan peristiwa bencana (catastrophic). Aksi
reaksi massa ini biasanya terjadi pada awal suatu peristiwa dan tidak terjadi pada saat mulai tenang. Bentuk
yang lebih serius dari peristiwa panik ini adalah histeria massal. Dalam histeria kolektif ini,
ada ketakutan yang tidak semestinya dalam masyarakat. Misalnya, terjadinya
masalah seperti tsunami, banjir, dan gempa bumi.
5.
Opini
Publik
Sekelompok orang yang memiliki
pendapat yang berbeda tentang sesuatu
dalam masyarakat. Ada perbedaan pandangan/perspektif dalam opini publik
ini antar kelompok masyarakat. Konflik sangat mungkin terjadi antara
orang-orang yang tidak memahami isu-isu yang diminati masyarakat. Misalnya, ada
perbedaan pendapat di antara orang-orang tentang hukuman mati, pemilihan umum,
dan pengenalan undang-undang tertentu. Format tersebut biasanya diberikan dalam
berbagai bentuk informasi, namun pada kenyataannya dapat menjadi sumber konflik
di masyarakat.
6.
Propaganda
Informasi atau opini yang sengaja
digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan
oleh sekelompok orang, organisasi, atau komunitas yang ingin mencapai
tujuannya. Media komunikasi sering digunakan untuk melakukan promosi ini. Kadang
juga dalam bentuk pertemuan kelompok (crowd). Penampilan tokoh masyarakat bisa
menjadi senjata ampuh untuk melakukan
promosi ini.
Contohnya: Dalam dunia politik sering kita jumpai propaganda. Misal, ketika
pemilihan gubernur berlangsung, semua orang/kelompok, bahkan media, melakukan
propaganda untuk memecah belah pikiran dan memilih pemimpin. Menangkan pemilu.
Propaganda dapat dikonfigurasi dengan mengalahkan lawan dengan menyebarkan pesan
yang dapat mengalahkan lawan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
Pemaparan materi tentang perilaku-perilaku kolektif di atas, maka dapat
disimpulkan:
1.
Perilaku
kolektif ialah beberapa orang bersama-sama melaksanakan, spontan dan tidak
terstruktur, tidak ada rutinitas, dan respon terhadap stimulus tertentu. Perilaku
kolektif erat kaitannya dengan perilaku menyimpang, namun berbeda dengan
perilaku menyimpang. Tindakan kolektif bukan hanya tindakan individu, tetapi
tindakan kolektif oleh sejumlah besar orang.
2.
Kelompok
yang berperilaku kolektif merupakan kolektivitas yang tidak terstruktur dan
bersifat temporer tanpa ada pembagian
peranan atau hierarki kekuasaan secara formal. Perilaku kolektif merupakan ciri khas dari masyarakat
berkebudayaan kompleks atau heterogen. Perilaku demikian tidak terlihat dalam masyarakat sederhana.
3.
Menurut
Neil Smelser, ada enam kondisi yang menentukan tindakan kolektif: yakni: kelayakan
structural, tekanan structural, keyakinan umum, faktor pendorong, mobilisasi,
operasi control social.
4.
Perilaku
kolektif adalah perilaku penyimpangan, tetapi berbeda dari perilaku
penyimpangan dalam hal itu bukan hanya perilaku individu, tetapi perilaku
bersama oleh sejumlah besar orang. Contoh-contoh aksi kolektif antara lain:
kerumunan (crowd), rumor, MOB, panic, opini publik, dan propaganda.
DAFTAR PUSTAKA
Syarbaini,
Syahrial dan Fatkhuri. 2016. Teori Sosiologi; Suatu Pengantar. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Komsiah,
Siti S.IP, M.Si. 2010. Modul Pengantar Sosiologi, Pusat Pengembangan Bahan
Ajar Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Razak
Yusron. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung: Gamma Press.
Soekonto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers