Senin, 27 Juni 2022

PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perilaku sosial sangat penting dalam  sosialisasi kehidupan dan tidak menghalangi perilaku khusus di sekitar kita. Oleh karena itu, kehidupan dalam masyarakat penuh dengan perilaku sosial, baik individu maupun kolektif. Adanya perilaku ini dapat memberikan dampak tersendiri bagi dunia sosial, suatu penyimpangan dari perilaku sosial.

 Adanya aksi kolektif berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat, dan banyak dari aksi tersebut tidak sesuai dengan pranata dan norma masyarakat yang berlaku bagi masyarakat umum. Perilaku ini memberikan kontribusi paling besar terhadap pilihan adanya perilaku menyimpang secara sosial.

 Dalam kehidupan nyata, terdapat berbagai  faktor penentu perilaku  kolektif ini hingga pada contoh perilaku-perilaku kolektif.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif?

2.      Apa sajakah faktor-faktor penentu dari perilaku kolektif?

3.      Apa sajakah contoh perilaku-perilaku kolektif?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian perilaku kolektif

2.      Untuk mengetahui faktor-faktor penentu dari perilaku kolektif

3.      Untuk mengetahui contoh perilaku-perilaku kolektif

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PERILAKU KOLEKTIF

Perilaku kolektif adalah cara berpikir, berasa dan bertindak yang berkembang di kalangan sebagian  besar warga masyarakat dan relatif baru. Perilaku atau tindakan kolektif merupakan perilaku yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil oleh sekelompok orang yang  melawan atau menghilangkan perasaan tidak puas dan takut. Hal ini agar kita dapat membedakan antara tindakan kolektif dan tindakan lainnya. 

Menurut Bruce J. Cohen (1992), perilaku kolektif (collective  behavior) adalah jenis perilaku yang relatif tidak tersusun, bersifat spontan, emosional dan tak  terduga. Perilaku ini terjadi apabila cara-cara mengerjakan sesuatu yang telah dikukuhkan secara  tradisional tidak lagi memadai. Individu-individu yang terlibat dalam perilaku kolektif tanggap  terhadap rangsangan tertentu yang mungkin datang dari orang lain atau peristiwa khusus.

Horton dan Hunt (1984) berpendapat bahwa tindakan kolektif adalah mobilisasi berbasis pandangan yang mendefinisikan kembali perilaku sosial.

Menurut Cohen (1992), tindakan  kolektif dicirikan oleh perilaku yang tidak terstruktur, spontan, emosional, dan tidak dapat diprediksi, dan individu yang terlibat dalam tindakan kolektif dapat berasal dari orang lain.Merespon terhadap rangsangan khusus tertentu.

Milgram dan Touch (1977) di sisi lain, menyatakan bahwa tindakan kolektif bersifat sukarela, relatif, kacau, dan hampir tidak dapat diprediksi, proses kelanjutannya tidak direncanakan, dan hanya dalam konteks timbal balik yang muncul di antara pelaku.

 Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa tindakan kolektif adalah perilaku berikut:

1)      Beberapa orang bersama-sama melaksanakan

2)      Spontan dan tidak terstruktur

3)      Tidak ada rutinitas dan

4)      Respon terhadap stimulus tertentu.

Perilaku kolektif erat kaitannya dengan perilaku menyimpang, namun berbeda dengan perilaku menyimpang. Tindakan kolektif bukan hanya tindakan individu, tetapi tindakan kolektif oleh sejumlah besar orang. Tindakan kolektif meliputi tindakan kolektif dan gerakan sosial (masyarakat sipil). Stimulus yang menyebabkan tindakan kolektif dapat berupa objek, peristiwa, atau ide.

Kelompok yang berperilaku kolektif merupakan kolektivitas yang tidak terstruktur dan bersifat  temporer tanpa ada pembagian peranan atau hierarki kekuasaan secara formal. Perilaku kolektif  merupakan ciri khas dari masyarakat berkebudayaan kompleks atau heterogen. Perilaku demikian  tidak terlihat dalam masyarakat sederhana. Upaya membatasi perilaku kolektif dapat dilakukan oleh  kebutuhan emosi dan sikap para anggota, nilai-nilai para anggota, pemimpin kerumunan yang  menciptakan hubungan baik yang meredakan ketegangan serta kontrol eksternal, seperti  pengamanan dari polisi.

 

B.     FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF

Banyak faktor yang menjadi penentu tindakan kolektif. Menurut Neil Smelser, ada enam kondisi yang menentukan tindakan kolektif.

1.      Kelayakan struktural. Struktur masyarakat harus sedemikian rupa sehingga bentuk-bentuk tindakan kolektif dimungkinkan.

2.      Tekanan struktural. Ketika krisis melanda  masyarakat, orang  sering berkumpul untuk  mencari solusi atas masalah yang muncul.

3.      Keyakinan umum. Sebelum mencapai solusi umum untuk suatu masalah, Anda perlu mencari konsensus tentang keberadaan masalah itu sendiri, mengenali masalahnya, membentuk pendapat tentangnya, dan kemudian menyajikan solusi.

4.      Faktor pendorong. Ada peristiwa penting tertentu yang mendorong individu  untuk merespon secara kolektif. Mungkin ada tema yang didramatisasi untuk memberikan momentum yang lebih besar lagi.

5.      Mobilisasi. Berdasarkan faktor-faktor ini, kelompok dikelompokkan bersama dan aksi dimulai. Jaringan yang tersusun cepat biasanya tidak berbentuk dan sedikit longgar.

6.      Operasi kontrol sosial. Berhasil atau tidaknya dukungan kolektif bagi seorang individu sangat bergantung pada berhasil tidaknya kontrol sosial di lapangan. Mekanisme kontrol sosial, antara lain, polisi, pemerintah, dan media, yang bersama-sama mempengaruhi munculnya aksi kolektif.

 

C.    CONTOH PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF

Perilaku kolektif adalah perilaku penyimpangan, tetapi berbeda dari perilaku penyimpangan dalam hal itu bukan hanya perilaku individu, tetapi perilaku bersama oleh sejumlah besar orang. Jika seseorang mencuri dari toko, ini dianggap perilaku menyimpang, tetapi jika sejumlah besar orang menyerbu toko dan pusat komersial bersama-sama  untuk mencuri atau menjarah (sebagian di  Jawa pada tahun 1998). Seperti sebuah kota). 1999), maka  ini adalah masalah aksi kolektif.

 

Berikut contoh aksi kolektif:

1.      Kerumunan (Crowd)

Secara deskriptif, Milgram (1977) melihat kerumunan (Crowd) sebagai berikut:

a.       Sekelompok orang yang membentuk suatu kelompok.

b.      Jumlahnya  meningkat seiring waktu

c.       Orang-orang ini mulai membuat  bentuk baru (seperti lingkaran)

d.      Memiliki distribusi mandiri yang menghubungkan dengan batasan yang lebih jelas dari sebelumnya pada waktu dan tempat tertentu 

e.       Titik tengahnya transparan dan berdekatan satu sama lain.

Ada berbagai macam bentuk keramaian di masyarakat.

a.       Temporary Crowd: Orang-orang yang berada dalam jarak dekat satu sama lain dalam situasi sementara di suatu lokasi

b.      Casual Crowd: Sekelompok orang yang tidak sengaja berdiri di pinggir jalan

c.       Conventional Crowd: Penonton mendengarkan ceramah

d.      Expressive Crowd: sekelompok orang yang menonton, menari, dan terkadang bernyanyi bersama di sebuah konser musik 

e.       Acting crowd atau Rioting Crowd: Sekelompok orang yang melakukan kekerasan. Salah satu contohnya adalah sekelompok preman yang berbahaya dan merusak penduduk.

f.       Solidaristic Crowd: Satuan massa yang terjadi karena didasarkan pada ideologi umum.

2.      Rumor

Informasi yang tidak dapat diverifikasi dan ditransmisikan yang muncul dari satu orang ke orang lain (masalah sosial). Biasanya terjadi dalam situasi di mana orang sering kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih lengkap. Telepon biasanya digunakan sebagai media. Contohnya: Saya mendengar bahwa Indonesia akan membuat Disneyland pada tahun 2014, tetapi belum terealisasi hingga saat ini dan tidak dapat dibuktikan.

3.      MOB

Kelompok kerumunan (crowd) yang cenderung melakukan kekerasan / penyimpangan (violence) dan perilaku destruktif. Sebagai aturan, mereka bertindak langsung pada tatanan sosial yang ada. Hal ini diakibatkan oleh rasa frustasi, ketidakadilan, frustasi, dan rasa terluka dari institusi yang  mapan atau lebih tinggi. Ketika massa ini  besar, itu mengambil bentuk pemberontakan massal. Mereka menyebabkan kekacauan pada institusi publik, dan apa pun yang dianggap sebagai sasaran kemarahan berbentuk kerusuhan antarnegara bagian, seperti yang terjadi pada perwira Amerika dan orang Meksiko di Los Angeles pada tahun 1943 ("Zoot Suit"), (Turner dan Srace, 1956)). Perilaku orang banyak tetap sama tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan.

4.      Panic

Merupakan bentuk tindakan kolektif yang mengambil tindakan dalam menanggapi ancaman yang terjadi di dalam kelompok. Biasanya dikaitkan dengan peristiwa bencana (catastrophic). Aksi reaksi massa ini biasanya terjadi pada awal suatu peristiwa dan  tidak terjadi pada saat mulai tenang. Bentuk yang lebih serius dari peristiwa panik ini adalah  histeria massal. Dalam histeria kolektif ini, ada ketakutan yang tidak semestinya dalam masyarakat. Misalnya, terjadinya masalah seperti tsunami, banjir, dan gempa bumi.

5.      Opini Publik

Sekelompok orang yang memiliki pendapat yang berbeda tentang sesuatu  dalam masyarakat. Ada perbedaan pandangan/perspektif dalam opini publik ini antar kelompok masyarakat. Konflik sangat mungkin terjadi antara orang-orang yang tidak memahami isu-isu yang diminati masyarakat. Misalnya, ada perbedaan pendapat di antara orang-orang tentang hukuman mati, pemilihan umum, dan pengenalan undang-undang tertentu. Format tersebut biasanya diberikan dalam berbagai bentuk informasi, namun pada kenyataannya dapat menjadi sumber konflik di masyarakat.

6.      Propaganda

Informasi atau opini yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau komunitas yang ingin mencapai tujuannya. Media komunikasi sering digunakan untuk melakukan promosi ini. Kadang juga dalam bentuk pertemuan kelompok (crowd). Penampilan tokoh masyarakat bisa menjadi senjata  ampuh untuk melakukan promosi ini.

Contohnya: Dalam dunia politik  sering kita jumpai propaganda. Misal, ketika pemilihan gubernur berlangsung, semua orang/kelompok, bahkan media, melakukan propaganda untuk memecah belah pikiran dan memilih pemimpin. Menangkan pemilu. Propaganda dapat dikonfigurasi dengan mengalahkan lawan dengan menyebarkan pesan yang dapat mengalahkan lawan.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan Pemaparan materi tentang perilaku-perilaku kolektif di atas, maka dapat disimpulkan:

1.      Perilaku kolektif ialah beberapa orang bersama-sama melaksanakan, spontan dan tidak terstruktur, tidak ada rutinitas, dan respon terhadap stimulus tertentu. Perilaku kolektif erat kaitannya dengan perilaku menyimpang, namun berbeda dengan perilaku menyimpang. Tindakan kolektif bukan hanya tindakan individu, tetapi tindakan kolektif oleh sejumlah besar orang.

2.      Kelompok yang berperilaku kolektif merupakan kolektivitas yang tidak terstruktur dan bersifat  temporer tanpa ada pembagian peranan atau hierarki kekuasaan secara formal. Perilaku kolektif  merupakan ciri khas dari masyarakat berkebudayaan kompleks atau heterogen. Perilaku demikian  tidak terlihat dalam masyarakat sederhana.

3.      Menurut Neil Smelser, ada enam kondisi yang menentukan tindakan kolektif: yakni: kelayakan structural, tekanan structural, keyakinan umum, faktor pendorong, mobilisasi, operasi control social.

4.      Perilaku kolektif adalah perilaku penyimpangan, tetapi berbeda dari perilaku penyimpangan dalam hal itu bukan hanya perilaku individu, tetapi perilaku bersama oleh sejumlah besar orang. Contoh-contoh aksi kolektif antara lain: kerumunan (crowd), rumor, MOB, panic, opini publik, dan propaganda.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial dan Fatkhuri. 2016. Teori Sosiologi; Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Komsiah, Siti S.IP, M.Si. 2010. Modul Pengantar Sosiologi, Pusat Pengembangan Bahan Ajar Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Razak Yusron. 2007. Sosiologi Sebuah Pengantar. Bandung: Gamma Press.

Soekonto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

 

PERILAKU-PERILAKU KOLEKTIF DENGAN PERSPEKTIF KOMUNIKASI

Perilaku Kolektif Mahasiswa Indonesia 1973-1974 Pada Peristiwa Malari ABSTRAK Artikel ini mengambil fenomena seputar gerakan mahasiswa, ya...